Merajut kerukunan dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, bisa dimulai dan dilakukan di berbagai komunitas
masyarakat. Salahsatunya adalah di
lingkungan kerja.
Bangsa kita memang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, agama dan
budaya yang berbeda. Perbedaan ini
sebenarnya adalah anugerah dari Tuhan. Namun
bisa menjadi mala petaka ketika semua merasa benar, egois dan mau menang
sendiri. Apalagi dalam suasana pasca
pemilu yang sangat mudah disulut menjadi api perpecahan.
Untuk menyatukan berbagai perbedaan itu, setiap kelompok, komunitas
yang ada di bumi Indonesia ini perlu untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya
bersatu, rukun, menjalin persaudaraan dan kebersamaan, meskipun berbeda agama,
suku dan budayanya. Penanaman kesadaran
ini perlu diimplementasikan dengan gerakan-gerakan atau kegiatan yang nyata,
hingga perbedaan tidak lagi dirasakan sebagai ancaman, namun sebagai keindahan
dan kekuatan dalam berbangsa yang patut disyukuri.
Sebuah perusahaan swasta di Semarang menyadari pentingnya gerakan ini. Karena itu, pada tanggal 28 Mei 2019 yang
lalu diadakan acara buka puasa bersama (bukber) yang dipadukan dengan kegiatan
yang bermuara pada menjalin persatuan dan kesatuan di antara umat beragama yang
berbeda. Para karyawan dan Direksi
perusahaan yang berbeda-beda agamanya disatukan dalam acara bukber ini. Selain itu perusahaan juga mengundang
anak-anak yatim piatu dari 4 Panti Asuhan (yayasan) muslim dan Nasrani. Maka hadirlah anak-anak yg berlatar belakang
suku, agama dan budaya yang berbeda.
Mereka semua berbaur dengan para karyawan yang juga beragam
keyakinannya, dengan suasana yang sangat sejuk, harmonis dan damai, saling menghargai
dan menghormati. Pada moment seperti
inilah kasih sesungguhnya telah diwujudnyatakan.
Pada kesempatan ini, diundang juga Romo Didik Cahyono, SJ (Romo Ketua paroki gereja Bongsari dan
ketua Kerukunan Antar Umat Beragama Keuskupan Agung Semarang) serta K.H. Muhammad
Ali Shodiqin (pimpinan Pondok Pesantren Roudotun
Ni’mah Semarang) untuk memberikan kultum secara bergantian.
1. 1. Dengan mengundang anak-anak (apalagi yatim
piatu) berarti kita semua semakin dekat dengan Tuhan, karena Tuhan juga cinta
dengan anak-anak.
2. 2. Dengan kehadiran anak-anak dan para karyawan
yang berlatar belakang keyakinan berbeda, berarti kita semua sudah ambil bagian
untuk menjaga dan merawat rasa persatuan dan kekeluargaan antar sesama umat
manusia meskipun saling berbeda.
Sedangkan KH. Ali Shodiqin secara tegas juga menyampaikan bahwa
persatuan, kesatuan dan kekeluargaan seperti ini harus terus diupayakan dan
dijaga. Apalagi dengan situasi pasca
Pemilu yang sempat membuat masyarakat terpecah.
“Kita boleh berbeda, tetapi tidak boleh membeda-bedakan” lanjut
beliau. Apapun keyakinannya, kita semua
wajib untuk saling menghormati dan menghargai karena Allah juga menghendaki
demikian.
Kedua pemuka agama ini berharap agar kegiatan seperti ini bisa terus
diadakan.
Acara yang berlangsung khidmat penuh persaudaraan ini dilengkapi dengan
pemberian santunan dari
perusahaan dan karyawan kepada para anak yatim piatu. Juga diramaikan dengan permainan yang bertemakan nasionalisme untuk anak-anak panti asuhan, dan ditutup dengan buka puasa bersama.Semoga pohon cinta kasih yg berbuah : perdamaian, kerukunan, persaudaraan, saling menolong, saling memberi perhatian, seperti ini bisa ditanam oleh semua umat manusia...amin*** (FX. Gus S.)