Oleh : Romo Aloysius Kriswinarto, MSF
Setelah Yesus wafat, kehidupan para murid kembali seperti
biasa. Mereka melakukan aktivitas rutin
seperti saat belum mengenal Yesus.
Melakukan pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan profesi mereka, terutama
adalah menjadi nelayan.
Dulu pada saat Yesus masih ada, para rasul sungguh bergairah
dalam mewartakan kabar sukacita. Mereka
dipenuhi rasa bangga karena bersama Yesus yang sungguh terkenal dan dihormati
banyak orang. Terutama saat memasuki
Kota Yerusalem, mereka dieluk-elukkan bagai menyambut seorang Raja. Kehadiran Yesus menjadi sumber semangat bagi
para rasul.
Setelah Yesus wafat, semua berubah. Hari-hari mereka tidak
ada yang istimewa. Semua aktivitas
menjadi rutinitas dan menjemukan, karena tidak ada lagi Yesus di kehidupan sehari-hari. Mereka tidak menyadari bahwa saat itu sebenarnya Yesus masih hadir
menyertai. Bahkan Simon Petrus, Thomas, dan anak-anak Zebedeus awalnya tidak tahu bahwa yang berdiri dipinggir pantai dan menyapa adalah Yesus. Mereka tidak mampu
menangkap kehadiran Tuhan yang selalu mendampingi.
Maka saat beberapa rasul itu mulai putus asa karena tidak
mendapat ikan tangkapan, Yesus mulai menyapa dan mengajak berbicara. Yesus bertanya dan meminta para murid untuk
menebarkan jala di sebelah kanan perahu, sehingga mereka mendapatkan banyak
ikan. Kemudian Yesus mengajak mereka
untuk makan bersama (lihat Yoh.21:1-14).
Ketika menyadari Yesus masih hadir menyertai, mereka kembali bersemangat
dan berani dalam mewartakan kabar suka cita.
Bagaimana dengan kita? Mampukah kita menangkap kehadiran
Tuhan di tengah aktivitas rutin yang mungkin menjemukan? Tuhan menginginkan
kita bergairah, bersemangat dalam menjalankan peziarahan kehidupan ini. Juga ketika mewartakan kabar sukacita. Bagaimana caranya? Kalau Yesus telah meminta muridNya menebarkan jala disebelah kanan perahu,
maka Tuhan meminta kita untuk menebarkan jala cinta kasih kepada
siapapun sesama kita.
Maka saat kehidupan mulai menjadi rutinitas yg menjemukan, tebarkanlah jala cinta kasih. Dengan menebarkan jala kasih, kita akan mampu menangkap
kehadiran Tuhan. Karena Tuhan selalu hadir
pada sesama yg membutuhkan bantuan. Pada
orang-orang miskin, gelandangan dan difabel yang hidupnya selalu tersingkir.
Marilah kita mewujudnyatakan niat menebarkan jala cinta
kasih kepada semua orang, agar kita mampu menangkap kehadiran Tuhan. Dengan
demikian hidup kita menjadi bergairah, bersemangat, berwarna, tidak lagi monoton dan tanpa
arti.***
(disarikan dari kotbah Romo Alyosius Kris Winarta pada misa Sabtu 04 Mei 2019 di Gereja Katolik St. Yusuf Pati)
terimakasih sudah mewujudnyatakan cinta kasih bagi kita di link.Johanes D,Bosco ....tetap semangat dan lanjutkan...
BalasHapusSiapp...
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus