Senin, 06 Mei 2019

Renungan : Menangkap Kehadiran Tuhan Dalam Kejenuhan

Oleh : Romo Aloysius Kriswinarto, MSF

Setelah Yesus wafat, kehidupan para murid kembali seperti biasa.  Mereka melakukan aktivitas rutin seperti saat belum mengenal Yesus.  Melakukan pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan profesi mereka, terutama adalah menjadi nelayan. 

Dulu pada saat Yesus masih ada, para rasul sungguh bergairah dalam mewartakan kabar sukacita.  Mereka dipenuhi rasa bangga karena bersama Yesus yang sungguh terkenal dan dihormati banyak orang.  Terutama saat memasuki Kota Yerusalem, mereka dieluk-elukkan bagai menyambut seorang Raja.  Kehadiran Yesus menjadi sumber semangat bagi para rasul.

Setelah Yesus wafat, semua berubah. Hari-hari mereka tidak ada yang istimewa.  Semua aktivitas menjadi rutinitas dan menjemukan, karena tidak ada lagi Yesus di kehidupan sehari-hari. Mereka tidak menyadari bahwa saat itu sebenarnya Yesus masih hadir menyertai.  Bahkan Simon Petrus, Thomas, dan anak-anak Zebedeus awalnya tidak tahu bahwa yang berdiri dipinggir pantai dan menyapa adalah Yesus.  Mereka tidak mampu menangkap kehadiran Tuhan yang selalu mendampingi.

Maka saat beberapa rasul itu mulai putus asa karena tidak mendapat ikan tangkapan, Yesus mulai menyapa dan mengajak berbicara.  Yesus bertanya dan meminta para murid untuk menebarkan jala di sebelah kanan perahu, sehingga mereka mendapatkan banyak ikan.  Kemudian Yesus mengajak mereka untuk makan bersama (lihat Yoh.21:1-14).  Ketika menyadari Yesus masih hadir menyertai, mereka kembali bersemangat dan berani dalam mewartakan kabar suka cita.

Bagaimana dengan kita? Mampukah kita menangkap kehadiran Tuhan di tengah aktivitas rutin yang mungkin menjemukan? Tuhan menginginkan kita bergairah, bersemangat dalam menjalankan peziarahan kehidupan ini.  Juga ketika mewartakan kabar sukacita.  Bagaimana caranya?  Kalau Yesus telah meminta muridNya menebarkan jala disebelah kanan perahu, maka Tuhan meminta kita untuk menebarkan jala cinta kasih kepada siapapun sesama kita.

Maka saat kehidupan mulai menjadi rutinitas yg menjemukan, tebarkanlah jala cinta kasih.  Dengan menebarkan jala kasih, kita akan mampu menangkap kehadiran Tuhan.  Karena Tuhan selalu hadir pada sesama yg membutuhkan bantuan.  Pada orang-orang miskin, gelandangan dan difabel yang hidupnya selalu tersingkir.

Marilah kita mewujudnyatakan niat menebarkan jala cinta kasih kepada semua orang, agar kita mampu menangkap kehadiran Tuhan. Dengan demikian hidup kita menjadi bergairah, bersemangat, berwarna, tidak lagi monoton dan tanpa arti.***    
(disarikan dari kotbah Romo Alyosius Kris Winarta pada misa Sabtu 04 Mei 2019 di Gereja Katolik St. Yusuf Pati)

3 komentar:

  1. terimakasih sudah mewujudnyatakan cinta kasih bagi kita di link.Johanes D,Bosco ....tetap semangat dan lanjutkan...

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus