Minggu, 28 Mei 2023

WKRI Pati, Dalam Peran Memajukan Bangsa Dan Gereja


Salah satu Misi yang diemban oleh WKRI (Wanita Katolik Republik Indonesia) adalah memberdayakan seluruh jajaran wanita Katolik RI dari unit yang terkecil.  WKRI Cabang Pati sebagai sub ordinate WKRI Pusat, juga menyadari tanggung jawab tersebut, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk bisa mengimplementasikan salah satu misi mulia sebagai perwujudan 100% Indonesia 100% Katolik ini.

WKRI sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan wanita yang menjadi aset Bangsa dan Gereja ini, memiliki kekuatan moral dan sosial yang handal demi terwujudnya kesejahteraan bersama dan tegaknya harkat serta martabat manusia.  Melalui kekuatan dahsyat wanita Katolik di Indonesia, ORMAS ini mencoba menunjukkan eksistensi dan perannya dalam perjuangan dan pembangunan Bangsa serta Gereja.  Konsekwensinya, bila ingin berperan aktif dalam mewujudkan kemajuan Bangsa dan Gereja, maka WKRI juga harus mampu meningkatkan kemampuan, semangat, keinginan dan rasa percaya diri para wanita Katolik di negeri ini.


WKRI
 Cabang Pati, tidak mau ketinggalan dengan peran ini.  Mereka juga ingin menguatkan eksistensinya sebagai ORMAS di wilayah Pati.  Berbagai kegiatan dilakukan untuk mendukung misi WKRI Pusat.  Salah satu kegiatan untuk mengasah kemampuan, semangat dan rasa percaya diri kaum wanita Katolik di Pati, maka dilaksanakan pelatihan "Ngadi Sarira Dan Ngedi Busana" pada tanggal 28 Mei 2023 lalu.  
Sebagai kaum wanita yang kebetulan berdomisili di Jawa dengan adat dan budaya Jawa yang kental, maka diharapkan para wanita Katolik di wilayah Pati juga memiliki keberanian dan antusiasme untuk berperan dalam mewujudkan kemajuan Bangsa dan Gereja.  Untuk meningkatkan rasa percaya diri serta kemampuan dalam bersikap, bertindak dan menempatkan diri, maka mereka dibekali juga dengan ilmu untuk berbusana serta merias wajah (berpenampilan), dengan tidak meninggalkan karateristik budaya Jawa.  Bagaimanapun sebagai wanita, ketika mereka beraktivitas, terutama saat mewujudkan perannya di masyarakat atau komunitas-komunitas, mereka mesti mampu bersikap dan berpenampilan menarik.  

Dalam acara ini, selain di beri bekal (tips dan pelatihan) dalam berpenampilan, bersikap dan merias diri, dipilih juga 5 (lima) ibu-ibu Wanita Katolik di Pati, yang berpenampilan terbaik.

Acara ini dihadiri juga oleh Ibu Prajna Paramita Kirana yang juga adalah sekretaris dari pak Hasto Kristiyanto, seorang Katolik yang juga merupakan SEKJEN dari Partai Politik PDI Perjuangan.  Diminta pendapatnya, Mbak Mita menyampaikan bahwa meskipun sudah tidak muda lagi, ibu-ibu Katolik perlu tetap semangat untuk selalu tampil menarik, selalu berpikir positif dalam aktivitasnya sehari-hari dan perjuangannya mendukung kemajuan Bangsa dan Gereja.  Karena itu Mbak Mita sangat mendukung terselenggaranya acara ini.

Semoga perjuangan seluruh anggota WKRI pada umumnya, dan WKRI Cabang Pati pada khususnya berhasil menemui tujuannya.  Sehingga para wanita Katolik tidak hanya menjadi warga negara yang pasif dan apatis, namun nyata perannya bagi kemajuan Bangsa dan Gereja. Menjadi 100% Indonesia dan 100% Katolik..!!!*** (FX. Gus Setyono)

Senin, 13 Maret 2023

Puasa Ular VS Puasa Ulat

Oleh : Romo Antonius Gunardi Prayitna, MSF


Pada momen refleksi diri di masa Pra Paskah ini, ada baiknya kita memahami apa yang dikehendaki Tuhan Yesus atas puasa dan pantang yang kita lakukan selama ini.  Apakah puasa dan pantang itu membawa perubahan yang positif ataukah hanya ritual tahunan?

Inspirasi cerita mengenai 'puasa seekor ular dan ulat' bisa memperjelas pemahaman kita mengenai keinginan Tuhan atas ritual puasa dan pantang kita.  Seekor ular, ketika berpuasa maka dia akan berdiam diri sampai suatu saat sisik-sisik atau kulitnya mengelupas dan berganti baru (orang Jawa bilang mlungsungi), kemudian mewujudlah dia menjadi ular dengan kulit baru.  Tetapi kulit barunya ternyata sama saja dengan kulit yg lama. Perangai ular juga tetap sama, makanannya tetap daging binatang-binatang yang dimangsa.  Dia tetap rakus dan ganas terhadap apa yang dianggap musuh.

Sedangkan puasa seekor ulat berbeda.  Setelah berdiam diri selama 15 - 20 hari, maka dia berubah menjadi kepompong.  Tidak selesai sampai disitu ulat yang berubah jadi kepompong itu tetap harus berdiam diri selama berminggu-minggu hingga dia bertransformasi menjadi kupu-kupu.  Saat masih menjadi ulat memang makannya daun-daunan, bentuknya pun sangat menjijikkan.  Namun setelah berpuasa dan berubah wujud, maka dia menjadi kupu-kupu yang indah.  Makanannya pun sekarang sari-sari bunga dan yang terpenting, dia malah membantu penyerbukan tanaman.  Keberadaan kupu-kupu sangat membantu manusia, terutama para petani.

Dari ilustrasi cerita ini, sangat diharapkan puasa kita menyerupai ulat.  Aktivitas puasanya sungguh berdampak positif, menjadikannya kupu-kupu yang indah dan bermanfaat.  Momen puasa benar-benar ketemu dengan tujuannya, ketika kita bisa bertransformasi menjadi "manusia baru" yang lebih baik. Berguna bagi mahluk lain, menjadi berkat bagi sesama.  Kalau puasa kita meniru sang ular, maka kita tetap menjadi "manusia lama", tidak ada perubahan sama sekali.  Puasa kita menjadi tidak berguna dan hanya merupakan kegiatan ritual tahunan tanpa arti.

Maka marilah kita melihat diri kita saat berpuasa, apakah seperti sang ular ataukah sudah seperti si ulat yang semula menjijikkan tapi berubah menjadi kupu-kupu indah yang bermanfaat?  Apakah setelah berpuasa dan berpantang nanti --setelah kita mendapat berkat dengan Kebangkitan Tuhan-- kita bisa bertransformasi menjadi manusia yang lebih baik?  Hidup kita berkenan di hadapan Tuhan, keberadaan kita bisa menjadi berkat bagi sesama, baik di lingkungan masyarakat sekitar, di lingkungan sesama umat Kristus, dan juga bagi gereja kita. Keluarga-keluarga kita juga semakin berkualitas dalam iman dan kehidupan.

Semoga masa puasa dan pantang kita kali ini, menjadi momen transformasi kita menjadi "manusia baru".  Dimanapun kita berada, selalu membawa terang, damai, kegembiraan bagi sesama.  Hidup kita menjadi lebih berguna bagi seluruh alam semesta, selalu menjadi berkat bagi orang lain, bagi keluarga, bagi Gereja Allah.  Perubahan inilah yang dikehendaki Tuhan bagi diri kita.  Seperti puasa si ulat yang bertransformasi menjadi kupu-kupu..***

(Disarikan dari kotbah Romo Antonius Gunardi Prayitna, MSF pada misa hari Sabtu, 11 Maret 2023, di gereja Santo Yusuf - Paroki Pati)

Senin, 26 Desember 2022

Peresmian Gua Maria "Bunda Pemersatu" Di Pati


Gua Maria Bunda Pemersatu
 di kota Pati - Jawa Tengah telah diresmikan.  Peresmian dilaksanakan bertepatan dengan Hari Raya Natal, pada tgl 25 Desember 2022 kemarin, oleh Romo Paroki Pati yakni Romo Antonius Gunardi Prayitno, MSF.

Gua Maria Bunda Pemersatu letaknya sekitar 6 km dari kota Pati, Jawa Tengah.  Tepatnya di desa Langse di area gereja Katolik St. Antonius, Paroki Pati.  Desa Langse, meskipun di daerah pedesaan yang masih sejuk dan damai, tempatnya sangat mudah dijangkau.  Kita bisa naik kendaraan roda 4 atau sepeda motor untuk sampai ke sana.  Rutenya, Anda yang dari kota Semarang/Kudus mau masuk ke kota Pati, setelah Rumah Sakit KSH ada lampu trafic light (bangjo), silahkan belok ke kiri.  Tidak jauh dari situ (sekitar 2,5 km) Anda akan sampai ke Gua Maria Bunda Pemersatu di desa Langse.  Kalau masih kesulitan, silahkan minta bantuan googlemap dengan mengetik "gereja Katolik St. Antonius Langse".


Dalam kotbahnya saat misa menjelang pemberkatan Gua Maria Bunda Pemersatu, Romo Anton menyampaikan, sesuai namanya "Bunda Pemersatu", maka diharapkan setiap orang/umat yang datang dan berdoa akan selalu dipersatukan dengan Allah dan sesama. Khusus untuk umat gereja Katolik Langse serta umat Katolik di sekitar wilayah Pati, semoga keberadaan Gua Maria Bunda Pemersatu ini juga akan semakin menguatkan rasa persatuan, kebersamaan, persaudaraan dan keguyuban di antara umat sebagai satu komunitas gereja. 


Gua Maria Bunda Pemersatu
 ini tidak hanya boleh dikunjungi oleh umat Katolik di sekitar Pati, tetapi juga dibuka untuk seluruh umat Katolik dimanapun berada.  Maka dipersilakan siapapun dan dari manapun umat Katolik untuk berkunjung dan berdoa di Gua Maria Bunda Pemersatu.  
Selain mempersatukan kita dengan Allah dan sesama, semoga Gua Maria Bunda Pemersatu juga bisa menjadi berkat bagi seluruh umat Katolik serta umat manusia dimanapun berada, dan semoga juga bisa menjadi berkat bagi orang-orang yang tinggal di sekitar Gua Maria Bunda Pemersatu...Amin.*** (FX. Gus Setyono)

Rabu, 23 November 2022

Masa Adven 2022


Selamat memasuki masa
Adven tahun 2022, untuk seluruh Umat Katolik, khususnya di Gereja Santo Yusuf, Paroki Pati, yang dimulai pada tanggal 27 November s.d. 24 Desember 2022.  Keuskupan Agung Semarang (KAS) memilih tema Adven tahun 2022 ini,  "Berjalan bersama : semakin Katolik, semakin apostolik..".

Semoga pada Adven tahun 2022 ini, masa penantian kita akan kedatangan atau kelahiran Tuhan Yesus, akan kita isi dengan luapan semangat dalam menabur benih kebaikan, menjadikan diri kita lebih berkenan di hadapan Tuhan dan mewartakan ajaran Tuhan melalui tindakan nyata.

Sesuai harapan Gereja, kita bersama-sama bertumbuh dalam iman Katolik, menjadi Katolik atau pengikut Kristus yang sejati, sekaligus kita secara bersama, guyup, bersatu padu menjadi pewarta-pewarta Sabda atau rasul-rasul Kristus melalui tindakan nyata.  Sehingga saat kedatangan Tuhan nanti kita benar-benar merasa layak dan siap menyambutNya, siap menyambut berkatNya dan semakin kuat dalam iman serta pengharapan...amin.. Berkah Dalem..*** (FX. Gus S.)

Minggu, 20 November 2022

Pengurus (Pamong) Baru Periode 2023-2025

Setelah diadakan rembug umat Lingkungan Johanes Don Bosco, Wilayah Johanes, Paroki Pati maka disepakati secara aklamasi dan demokratis Pengurus Lingkungan Johanes Don Bosco untuk periode tahun 2023-2025 sebagai berikut :

-Ketua Lingkungan sekaligus sebagai ketua wilayah Johanes : Christiana Eni Setyaningsih

-Wakil Ketua Lingkungan : FX. Gus Setyono

-Sekretaris Lingkungan : Caecilia Niken Adi Endrat Purnami

-Bendahara Lingkungan : Ignasia Agnis Desy

Pengurus Baru Periode 2023-2025 tersebut telah diajukan dan mendapat persetujuan dari Romo Gereja Santo Yusuf, Paroki Pati.

Selain Pengurus Lingkungan tersebut, sebelumnya sudah terpilih juga :

-Pro Diakon : FX. David dan FX. Warto

-Koordinator Tatib Gereja : Eka Cahya

-Fasilitator  aktivis & penggerak umat : Kamilus Dwi Yulianto, Lucia Wara Candra, Suparno Hadi, Sri Utami, Robertus Hanung.


Selain Pengurus Lingkungan Johanes Don Bosco, sudah terpilih dan disetujui juga Pengurus Lingkungan Johanes de Brito Paroki Pati untuk Periode Tahun 2023-2025, sbb :

-Ketua Lingkungan : Yuliana Lintawati

-Wakil Ketua : Yoakim Sutarno

-Sekretaris : Anastasia Wahyu Ningtyas

-Bendahara : Fransiskus Assisi Sugiharto

Terpilih juga Pengurus Gereja St. Antonius Langse Paroki Pati Periode 2023-2025 sbb :

-Ketua : Yuventius Djoko Suprapto

-Sekretaris : Herman Yosef Prasetyanto Adi

-Bendahara : Fredensia Sri Hermiaty


Selamat menjalankan tugas untuk bapak dan ibu pengurus lingkungan Johanes Don Bosco, Lingkungan Johanes de Brito dan pengurus Gereja St. Antonius LangseParoki Pati.  Semoga pelayanan Anda semua akan membawa berkat bagi sesama, khususnya umat di Wilayah Johanes, Gereja St. Yusuf, Paroki Pati.  Tuhan memberkati kita semua...amin..!!! 

Sabtu, 09 November 2019

Bazar Paguyuban Ibu-Ibu Gereja Katolik St. Yusuf Pati

Sebagai kegiatan rutin tahunan, pada hari Sabtu - Minggu (9 - 10 November 2019) ibu-ibu paroki Gereja Katolik St. Yusup Pati mengadakan bazar di halaman Gereja.

Kegiatan pasar murah ini dilaksanakan oleh ibu-ibu yang tergabung dalam paguyuban ibu-ibu paroki Gereja Katolik St. Yusup Pati.  Sedangkan pengunjung adalah masyarakat umum dan sebagian besar umat Gereja Katolik St. Yusup Pati. 

Para pengunjung cukup antusias untuk melihat dan berbelanja pada kegiatan bazar ini.  Beberapa jenis produk yang dijual dan cukup menarik perhatian pengunjung adalah produk makanan, minuman, hasil bumi (seperti sayuran dan buah-buahan), serta bahan-bahan kebutuhan pokok.

Wilayah Johanes Berpartisipasi
Pada kegiatan bazar tersebut, tak ketinggalan ibu-ibu di Wilayah Johanes ambil bagian untuk memeriahkan dan menyukseskan acara.  Beberapa ibu-ibu ikut menjaga stand yang menjual produk makanan ringan dan pakaian batik murah.

Beberapa hal positif bisa diambil dalam kegiatan tahunan ini, diantaranya :
-menambah income/pendapatan umat dan komunitas wilayah/lingkungan
-menjalin interasi dan persaudaraan dengan masyarakat umum yang ikut berkunjung
-membantu masyarakat sekitar gereja dan umat untuk mendapatkan barang murah.

Sayangnya beberapa produk yang dijual ternyata harganya tidak beda dengan harga produk sejenis dipasaran.  Sehingga harapan untuk bisa membantu warga sekitar mendapatkan produk yang lebih murah kurang bisa tercapai.

Namun niat baik untuk berinteraksi dan membantu masyarakat serta umat dengan kegiatan seperti ini perlu terus dilaksanakan dan ditingkatkan, terutama pada misi sosialnya.  Agar salah satu tujuan gereja dalam meningkatkan solidaritas, persaudaraan dan peran sosial di masyarakat bisa segera terwujud...Berkah Dalem..!***(FX. Gus Setyono)

Senin, 23 September 2019

'Greget' Wilayah Johanes Dalam Pesan Moral HUT Paroki Pati

Bukan Wilayah Johanes kalau hanya puas menjadi penonton sebuah gerakan dan pesan moral.  Apalagi kalau gerakan moral itu di motori oleh Paroki St. Jusup Pati.

Salah satu pesan dan gerakan moral tersebut adalah yang tertuang dalam tema HUT ke-87 Paroki St. Jusup Pati.  Tema “Semakin Tergerak Untuk Berbagi Berkat” adalah pesan moral yang disampaikan dalam HUT Paroki St. Jusup Pati tahun 2019 ini.  Pesan moral ini ditindaklanjuti dengan sejumlah gerakan moral, yang salahsatunya melalui acara jalan sehat umat Paroki St. Jusup Pati.

Untuk menyampaikan pesan moral kepada masyarakat Pati (pada khususnya), umat di semua Wilayah Paroki St. Jusup Pati mengerahkan ide dan kreativitas mereka dalam bentuk aksi serta banner yang dibawa sepanjang rute jalan sehat.  Bukan itu saja, guna lebih mempertajam dan menarik perhatian isi pesan moral, semua Wilayah Paroki St. Jusup Pati membuat ikon kreatif dengan mengenakan pakaian daerah, pakaian dari sampah plastik maupun dari kertas dan daun-daun kering sebagai lambang perhatian akan kelestarian bumi dan seluruh mahluk ciptaan Tuhan.

Pada moment inilah Wilayah Johanes bergerak. Ikut greget dan ambil bagian dalam gerakan moral Paroki St. Jusup Pati.  Beberapa umat di Wilayah Johanes mengenakan pakaian unik dari sayur-sayuran, daun-daun kering dan memakai topi caping, sebagai simbol kecintaan akan kelestarian bumi dan alam semesta.  Sepanjang perjalanan di jalan sehat tersebut umat Wilayah Johanes juga membagikan sayur-sayuran dan hasil bumi lainnya kepada para penduduk, tukang becak dan beberapa warga yang kurang beruntung secara ekonomi.  Sehingga tema “Semakin Tergerak Untuk Berbagi Berkat” cukup mengena sasaran.

Meskipun dengan berbagai keterbatasan, namun totalitas dan keseriusan untuk ambil bagian dalam gerakan moral yakni menyampaikan pesan-pesan moral kepada masyarakat kota Pati patut diapresiasi.  Dengan segala sumberdaya yang ada umat di Wilayah Johanes mendukung dan ambil bagian penuh dalam kegiatan HUT Paroki St. Jusup Pati ini.

Biarlah aksi dan totalitas umat di Wilayah Johanes ini tidak menguap begitu saja disapu angin budaya hedonisme dan egoisme masyarakat modern masa kini.  Semoga pesan moral “Semakin Tergerak Untuk Berbagi Berkat” baik bagi semua mahluk ciptaan Tuhan maupun bagi Bangsa dan Negara bisa terwujud karena berbagai gerakan moral yang sederhana tapi serius dan total seperti yang dilakukan umat Wilayah Johanes Paroki St. Jusup Pati ini.  Inilah pewartaan yang sesungguhnya, yaitu dengan perbuatan/aksi.  Meskipun dilakukan dengan sederhana...

Terima kasih Saudara-saudariku atas ketulusan dan pewartaan kalian. Hanya Tuhan yang bisa membalasnya..!  Berkah Dalem.. .***(FX. Gus Setyono)


Minggu, 22 September 2019

Berbagi Berkat Di HUT Gereja Katolik St. Yusup Pati


“Semakin Tergerak Untuk Berbagi Berkat” merupakan tema rangkaian kegiatan dalam rangka HUT Gereja Katolik St. Yusup Pati, yang pada tahun 2019 menginjak usia ke-87.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, berbagai kegiatan selalu dilaksanakan untuk memeriahkan acara HUT Gereja Katolik St. Yusup Pati, yang jatuh setiap tanggal 2 Oktober.  Salah satunya adalah gerak jalan santai yang diikuti bukan hanya umat Katolik, namun juga warga sekitar gereja yang non Katolik.  Para peserta acara jalan sehat kali ini selain umat di setiap Wilayah Paroki, warga non Katolik, juga para siswa SD dan SMP Kanisius Pati.

Ada yang berbeda di acara jalan santai dalam rangka HUT Gereja Katolik St. Yusup Pati  yang berlangsung pada hari Minggu pagi 22 September 2019 kali ini.  Tidak sekedar jalan santai, tapi ada aksi sosial dan pemakaian kostum-kostum daerah oleh para peserta.  Semua umat di setiap Wilayah Paroki menampilkan ikon peserta yang memakai pakaian tradisional dari berbagai daerah. Ada beberapa Wilayah yang menampilkan spanduk dengan berbagai pesan moral, seperti : “Pungut, Pilah Sampah Setiap hari”, “Cintailah Bumi Dengan Mengurangi Sampah Plastik”,  “Mendukung Pertobatan Ekologi”, “Kami Cinta NKRI”, dsb.

Tema yang diusung pada HUT Gereja Katolik St. Yusup Pati “Semakin Tergerak Untuk Berbagi Berkat” diterjemahkan menjadi beberapa pesan moral yang disampaikan kepada masyarakat melalui kreativitas umat dari berbagai komunitas Wilayah.  Pesan moral yang dimaksud adalah terkait : penyelamatan bumi dan lingkungan (berkat bagi semua mahluk hidup dan alam semesta), serta kecintaan pada keutuhan NKRI (berkat bagi Bangsa dan masyarakat).  Pada moment ini, para peserta juga membagikan berbagai benih tanaman, sayur-sayuran dan hasil bumi lainnya kepada masyarakat umum yang dijumpai pada rute jalan sehat.  Selain peduli dan mendukung keutuhan alam semesta, aksi ini juga sebagai bentuk berbagi berkat pada sesama.

Tentunya kemeriahan dan aksi para peserta jalan sehat dalam rangka HUT Gereja Katolik St. Yusup Pati diharapkan tidak putus sampai pada tema yang penuh makna.  Tetapi juga membawa dampak yang lebih luas, yakni kesadaran masyarakat (khususnya di Pati) akan pentingnya menyelamatkan bumi dan lingkungan, serta menjaga keutuhan NKRI. Pada sisi lain kesadaran umat Katolik (khususnya Paroki Pati) juga terus bertumbuh untuk selalu berbagi berkat bagi sesama...Amin, Berkah Dalem.*** (FX. Gus Setyono)

Minggu, 08 September 2019

Komitmen Merawat Bumi


Tema BKSN (Bulan Kitab Suci Nasional) untuk tahun 2019 ini adalah “Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Lingkungan Hidup”. Tentunya tema BKSN ini membawa pesan penting terkait kepedulian kita terhadap penyelamatan bumi dan segala isinya.

Sejarah kehancuran sekaligus penyelamatan bumi oleh Allah telah tertulis dalam  Alkitab, pada peristiwa Nabi Nuh.  Di situ tercatat kehancuran bumi bisa terjadi bila manusia tidak mampu memeliharanya dan malah merusaknya.  Namun Allah juga menyelamatkan orang-orang benar beserta mahluk hidup ciptaanNya. Nuh bersedia mendengarkan Tuhan dan melaksanakan firmanNya, sehingga menjadi saksi karya agung Tuhan dalam menyelamatkan bumi dan kehidupan (Buku panduan BKSN; Kej. 6:13-22; 7:11-17).

Dalam konteks masa sekarang, penyelamatan bumi juga mendesak untuk kita lakukan. Kita mesti menjadi Nuh-Nuh masa kini yang bersedia mendengarkan dan melaksanakan Firman untuk menyelamatkan kehidupan.  Karena itu, dalam sarasehan minggu ke-2 BKSN 2019 ini, umat di lingkungan Johanes don Bosco Paroki St. Jusuf Pati (dipandu moderator) membuat beberapa komitmen bersama. Bahkan dengan kesepakatan bersedia di beri “sanksi” bila melanggar.

Komitmen yang telah disepakati :
*Terkait sampah : tidak membuang sampah sembarangan, memilah sampah organik dan anorganik, memanfaatkan sampah, tidak membakar sampah.
*Terkait air : hemat air, menyediakan resapan, bijak dalam menggunakan deterjen.
*Terkait pakaian : memaksimalkan pakaian yang sudah dimiliki dan tidak boros dalam mengkonsumsi pakaian
*Khusus mengenai plastik : tidak akan menggunakan plastik yang sekali buang dalam setiap kegiatan, khususnya kegiatan sarasehan/pertemuan lingkungan.

Komitmen yang sederhana, namun sulit dalam pelaksanaan.  Maka untuk lebih memantapkan komitmen dan keseriusan, semua umat lingkungan bersedia menerima “sanksi” bila ketahuan melanggar komitmen, khususnya terkait penggunakan plastik. Sanksinya adalah : memimpin sarasehan atau doa pada pertemuan berikutnya, serta denda mengisi uang kas sebesar Rp.10.000,-.

Sanksinya juga tidak berat, namun semoga lebih menguatkan niat untuk melaksanakan perintah Tuhan; menjadi orang-orang benar seperti Nabi Nuh, guna menyelamatkan dan melestarikan bumi beserta segala isinya…amin.. Berkah Dalem.***(FX. Gus)

Senin, 19 Agustus 2019

Misa Syukur Kemerdekaan RI Gereja Katolik St. Yusuf Pati

Peringatan ke 74 tahun kemerdekaan RI dilaksanakan oleh semua komunitas dan kalangan, tak terkecuali Gereja Katolik Pati, yang melaksanakan misa syukur kemerdekaan.

Rasa syukur atas kemerdekaan bangsa Indonesia memang diungkapkan oleh semua warga, dari berbagai kalangan dan latar belakang.  Hal ini dimaklumi, karena kemerdekaan adalah hak kita.  Hak yang selama ini dirampas oleh penjajah.  Dan untuk merebutnya dibutuhkan perjuangan serta pengorbanan para pahlawan yang tidak sedikit jumlahnya.  Hingga akhirnya hak bangsa Indonesia ini bisa direbut kembali. Pantaslah kalau seluruh rakyat, semua komunitas mensyukuri dan merayakannya, termasuk umat di Gereja Katolik Pati.

Oleh karena itu, misa syukur kemerdekaan di Gereja Katolik Pati yang diselenggarakan pada 16 dan 17 Agustus 2019 didedikasikan untuk mensyukuri rahmat Tuhan atas Kemerdekaan RI, dan mengenang jasa para pahlawan kemerdekaan. Misa syukur kemerdekaan diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan penghormatan pada bendera merah-putih, dan ditutup dengan lagu Hari Merdeka.



Pada misa syukur kemerdekaan ini dibacakan juga Surat Gembala dari Uskup Agung Semarang.  Surat Gembala Uskup Agung Semarang ini menyampaikan kerinduan Gereja akan hadirnya Pemerintah yang bijak, yang menjamin ketertiban dalam masyarakat, serta pemerintah yang arif.  Pemimpin yang tidak bijaksana membinasakan rakyatnya, tetapi suatu bangsa akan sejahtera berkat kearifan para pemimpinnya. Jangan sampai perjalanan bangsa terganggu akibat kelaliman, kekerasan dan cinta uang para pembesarnya.

Selain itu Bapak Uskup juga mengajak semua umat untuk berdoa dan bekerja giat bersama para pemimpin negara kita guna mewujudkan cita-cita luhur dan mulia dibentuknya  pemerintah negara Indonesia sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dengan tujuan : " melindungi segenap bangsa Indonesia dan saeluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial".

Harapannya, semua komponen bangsa Indonesia yang berbeda suku, agama dan latar belakang budaya ikut bersyukur atas kemerdekaan bangsa ini, dengan kerja keras memperjuangkan cita-cita luhur bangsa Indonesia, dan saling menghargai serta menghormati.  Semoga harapan Gereja melalui Surat Gembala Uskup Agung Semarang juga bisa terwujud..amin***

Minggu, 14 Juli 2019

Mewujudnyatakankan Niat Baik



“Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Lukas 10:27).

Sarasehan Lingkungan umat Johanes Don Bosco Wilayah Johanes, Gereja St. Yusuf Paroki Pati kali ini, kembali membuahkan kebaikan.  Tidak sekedar pertemuan rutin tanpa makna, selalu ada upaya untuk melaksanakan perintah Tuhan yang utama, yakni mengasihi Tuhan dan sesama.  Tuhan telah bersabda, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” (Yohanes 14:15).

Maka, untuk mewujudkan secara nyata niat baik kali ini, dalam mengasihi Tuhan dan sesama (agar tidak berhenti hanya menjadi sekedar niat), sehabis sarasehan sebagian umat Lingk. Johanes don Bosco Gereja St. Yusuf Paroki Pati secara bersama-sama mengunjungi salah seorang warga Gereja St. Yusuf Paroki Pati yang sudah sepuh dan membutuhkan dukungan perhatian. 
Niat sederhana, perbuatan sederhana namun nyata, dan di mata Tuhan perbuatan tersebut adalah tanda kita mengasihi Dia dan sesama. “Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya. Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat” (1 Yohanes 5:2-3). Bukankah inti dari peziarahan kehidupan rohani kita adalah menjalankan perintah Tuhan?

Semoga buah-buah kebaikan selalu dipanen dari komunitas-komunitas terkecil Gereja seperti keluarga atau Paguyuban Lingkungan seperti ini. Agar niat melaksanaan perintah Tuhan selalu dituntaskan dengan gerakan nyata, aktivitas yang sederhana namun penuh makna, dalam mewujudkan kasih bagi Tuhan dan sesama.***(FX. Gus Setyono)



Minggu, 30 Juni 2019

"Kasihilah Sesamamu.."


Sebab, seluruh Hukum Taurat telah digenapi dalam satu firman ini, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri..” (Galatia  5 : 14)

Kali ini kunjungan umat Lingkungan Johanes Don Bosco dilaksanakan di rumah salah seorang warga lingkungan, di desa Gemiring.  Puji Tuhan, ternyata kunjungan-kunjungan seperti ini juga telah dilaksanakan oleh pribadi-pribadi, tidak selalu atas himbauan pengurus lingkungan atau komitmen bersama.

Perhatian kepada umat lain yang membutuhkan dukungan, perhatian, doa dan pendampingan seperti ini, tidak selalu dilaksanakan bersama-sama, sebagaimana kegiatan rutin Lingkungan Johanes Don Bosco selama ini. Beberapa umat Lingkungan atau keluarga-keluarga, dengan kesadaran sebagai murid Kristus, telah berinisiatif secara pribadi untuk mewujudkan perintah Yesus yang utama, yakni : saling mengasihi.

Sangat sederhana memang.  Menjadi berkat bagi sesama tidak selalu harus yang "wah" atau dengan dana besar. Bentuk perhatian tidak mesti memberi materi.  Tetapi kunjungan dan doa adalah wujud kasih yang tulus dan sangat berarti.  Bukan untuk show off atau pamer.  Semoga semakin banyak yang digerakkan untuk menjalankan perintah Tuhan yang utama ini...amin***

Selasa, 28 Mei 2019

Merawat Persaudaraan Dalam Keberagaman


Merajut kerukunan dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bisa dimulai dan dilakukan di berbagai komunitas masyarakat.  Salahsatunya adalah di lingkungan kerja.

Bangsa kita memang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, agama dan budaya yang berbeda.  Perbedaan ini sebenarnya adalah anugerah dari Tuhan.  Namun bisa menjadi mala petaka ketika semua merasa benar, egois dan mau menang sendiri.  Apalagi dalam suasana pasca pemilu yang sangat mudah disulut menjadi api perpecahan.

Untuk menyatukan berbagai perbedaan itu, setiap kelompok, komunitas yang ada di bumi Indonesia ini perlu untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya bersatu, rukun, menjalin persaudaraan dan kebersamaan, meskipun berbeda agama, suku dan budayanya.  Penanaman kesadaran ini perlu diimplementasikan dengan gerakan-gerakan atau kegiatan yang nyata, hingga perbedaan tidak lagi dirasakan sebagai ancaman, namun sebagai keindahan dan kekuatan dalam berbangsa yang patut disyukuri.

Sebuah perusahaan swasta di Semarang menyadari pentingnya gerakan ini.  Karena itu, pada tanggal 28 Mei 2019 yang lalu diadakan acara buka puasa bersama (bukber) yang dipadukan dengan kegiatan yang bermuara pada menjalin persatuan dan kesatuan di antara umat beragama yang berbeda.  Para karyawan dan Direksi perusahaan yang berbeda-beda agamanya disatukan dalam acara bukber ini.  Selain itu perusahaan juga mengundang anak-anak yatim piatu dari 4 Panti Asuhan (yayasan) muslim dan Nasrani.  Maka hadirlah anak-anak yg berlatar belakang suku, agama dan budaya yang berbeda.  Mereka semua berbaur dengan para karyawan yang juga beragam keyakinannya, dengan suasana yang sangat sejuk, harmonis dan damai, saling menghargai dan menghormati.  Pada moment seperti inilah kasih sesungguhnya telah diwujudnyatakan.

Pada kesempatan ini, diundang juga Romo Didik Cahyono, SJ (Romo Ketua paroki gereja Bongsari dan ketua Kerukunan Antar Umat Beragama Keuskupan Agung Semarang) serta K.H. Muhammad Ali Shodiqin (pimpinan Pondok Pesantren Roudotun Ni’mah Semarang) untuk memberikan kultum secara bergantian.

Romo Didik menggarisbawahi 2 hal terkait kegiatan ini :
1.      1. Dengan mengundang anak-anak (apalagi yatim piatu) berarti kita semua semakin dekat dengan Tuhan, karena Tuhan juga cinta dengan anak-anak.
2.      2.  Dengan kehadiran anak-anak dan para karyawan yang berlatar belakang keyakinan berbeda, berarti kita semua sudah ambil bagian untuk menjaga dan merawat rasa persatuan dan kekeluargaan antar sesama umat manusia meskipun saling berbeda.
Sedangkan KH. Ali Shodiqin secara tegas juga menyampaikan bahwa persatuan, kesatuan dan kekeluargaan seperti ini harus terus diupayakan dan dijaga.  Apalagi dengan situasi pasca Pemilu yang sempat membuat masyarakat terpecah.  “Kita boleh berbeda, tetapi tidak boleh membeda-bedakan” lanjut beliau.  Apapun keyakinannya, kita semua wajib untuk saling menghormati dan menghargai karena Allah juga menghendaki demikian.
Kedua pemuka agama ini berharap agar kegiatan seperti ini bisa terus diadakan.

Acara yang berlangsung khidmat penuh persaudaraan ini dilengkapi dengan pemberian santunan dari
perusahaan dan karyawan kepada para anak yatim piatu. Juga diramaikan dengan permainan yang bertemakan nasionalisme untuk anak-anak panti asuhan, dan ditutup dengan buka puasa bersama.

Semoga pohon cinta kasih yg berbuah : perdamaian, kerukunan, persaudaraan, saling menolong, saling memberi perhatian, seperti ini bisa ditanam oleh semua umat manusia...amin*** (FX. Gus S.)