Sabtu, 09 November 2019

Bazar Paguyuban Ibu-Ibu Gereja Katolik St. Yusuf Pati

Sebagai kegiatan rutin tahunan, pada hari Sabtu - Minggu (9 - 10 November 2019) ibu-ibu paroki Gereja Katolik St. Yusup Pati mengadakan bazar di halaman Gereja.

Kegiatan pasar murah ini dilaksanakan oleh ibu-ibu yang tergabung dalam paguyuban ibu-ibu paroki Gereja Katolik St. Yusup Pati.  Sedangkan pengunjung adalah masyarakat umum dan sebagian besar umat Gereja Katolik St. Yusup Pati. 

Para pengunjung cukup antusias untuk melihat dan berbelanja pada kegiatan bazar ini.  Beberapa jenis produk yang dijual dan cukup menarik perhatian pengunjung adalah produk makanan, minuman, hasil bumi (seperti sayuran dan buah-buahan), serta bahan-bahan kebutuhan pokok.

Wilayah Johanes Berpartisipasi
Pada kegiatan bazar tersebut, tak ketinggalan ibu-ibu di Wilayah Johanes ambil bagian untuk memeriahkan dan menyukseskan acara.  Beberapa ibu-ibu ikut menjaga stand yang menjual produk makanan ringan dan pakaian batik murah.

Beberapa hal positif bisa diambil dalam kegiatan tahunan ini, diantaranya :
-menambah income/pendapatan umat dan komunitas wilayah/lingkungan
-menjalin interasi dan persaudaraan dengan masyarakat umum yang ikut berkunjung
-membantu masyarakat sekitar gereja dan umat untuk mendapatkan barang murah.

Sayangnya beberapa produk yang dijual ternyata harganya tidak beda dengan harga produk sejenis dipasaran.  Sehingga harapan untuk bisa membantu warga sekitar mendapatkan produk yang lebih murah kurang bisa tercapai.

Namun niat baik untuk berinteraksi dan membantu masyarakat serta umat dengan kegiatan seperti ini perlu terus dilaksanakan dan ditingkatkan, terutama pada misi sosialnya.  Agar salah satu tujuan gereja dalam meningkatkan solidaritas, persaudaraan dan peran sosial di masyarakat bisa segera terwujud...Berkah Dalem..!***(FX. Gus Setyono)

Senin, 23 September 2019

'Greget' Wilayah Johanes Dalam Pesan Moral HUT Paroki Pati

Bukan Wilayah Johanes kalau hanya puas menjadi penonton sebuah gerakan dan pesan moral.  Apalagi kalau gerakan moral itu di motori oleh Paroki St. Jusup Pati.

Salah satu pesan dan gerakan moral tersebut adalah yang tertuang dalam tema HUT ke-87 Paroki St. Jusup Pati.  Tema “Semakin Tergerak Untuk Berbagi Berkat” adalah pesan moral yang disampaikan dalam HUT Paroki St. Jusup Pati tahun 2019 ini.  Pesan moral ini ditindaklanjuti dengan sejumlah gerakan moral, yang salahsatunya melalui acara jalan sehat umat Paroki St. Jusup Pati.

Untuk menyampaikan pesan moral kepada masyarakat Pati (pada khususnya), umat di semua Wilayah Paroki St. Jusup Pati mengerahkan ide dan kreativitas mereka dalam bentuk aksi serta banner yang dibawa sepanjang rute jalan sehat.  Bukan itu saja, guna lebih mempertajam dan menarik perhatian isi pesan moral, semua Wilayah Paroki St. Jusup Pati membuat ikon kreatif dengan mengenakan pakaian daerah, pakaian dari sampah plastik maupun dari kertas dan daun-daun kering sebagai lambang perhatian akan kelestarian bumi dan seluruh mahluk ciptaan Tuhan.

Pada moment inilah Wilayah Johanes bergerak. Ikut greget dan ambil bagian dalam gerakan moral Paroki St. Jusup Pati.  Beberapa umat di Wilayah Johanes mengenakan pakaian unik dari sayur-sayuran, daun-daun kering dan memakai topi caping, sebagai simbol kecintaan akan kelestarian bumi dan alam semesta.  Sepanjang perjalanan di jalan sehat tersebut umat Wilayah Johanes juga membagikan sayur-sayuran dan hasil bumi lainnya kepada para penduduk, tukang becak dan beberapa warga yang kurang beruntung secara ekonomi.  Sehingga tema “Semakin Tergerak Untuk Berbagi Berkat” cukup mengena sasaran.

Meskipun dengan berbagai keterbatasan, namun totalitas dan keseriusan untuk ambil bagian dalam gerakan moral yakni menyampaikan pesan-pesan moral kepada masyarakat kota Pati patut diapresiasi.  Dengan segala sumberdaya yang ada umat di Wilayah Johanes mendukung dan ambil bagian penuh dalam kegiatan HUT Paroki St. Jusup Pati ini.

Biarlah aksi dan totalitas umat di Wilayah Johanes ini tidak menguap begitu saja disapu angin budaya hedonisme dan egoisme masyarakat modern masa kini.  Semoga pesan moral “Semakin Tergerak Untuk Berbagi Berkat” baik bagi semua mahluk ciptaan Tuhan maupun bagi Bangsa dan Negara bisa terwujud karena berbagai gerakan moral yang sederhana tapi serius dan total seperti yang dilakukan umat Wilayah Johanes Paroki St. Jusup Pati ini.  Inilah pewartaan yang sesungguhnya, yaitu dengan perbuatan/aksi.  Meskipun dilakukan dengan sederhana...

Terima kasih Saudara-saudariku atas ketulusan dan pewartaan kalian. Hanya Tuhan yang bisa membalasnya..!  Berkah Dalem.. .***(FX. Gus Setyono)


Minggu, 22 September 2019

Berbagi Berkat Di HUT Gereja Katolik St. Yusup Pati


“Semakin Tergerak Untuk Berbagi Berkat” merupakan tema rangkaian kegiatan dalam rangka HUT Gereja Katolik St. Yusup Pati, yang pada tahun 2019 menginjak usia ke-87.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, berbagai kegiatan selalu dilaksanakan untuk memeriahkan acara HUT Gereja Katolik St. Yusup Pati, yang jatuh setiap tanggal 2 Oktober.  Salah satunya adalah gerak jalan santai yang diikuti bukan hanya umat Katolik, namun juga warga sekitar gereja yang non Katolik.  Para peserta acara jalan sehat kali ini selain umat di setiap Wilayah Paroki, warga non Katolik, juga para siswa SD dan SMP Kanisius Pati.

Ada yang berbeda di acara jalan santai dalam rangka HUT Gereja Katolik St. Yusup Pati  yang berlangsung pada hari Minggu pagi 22 September 2019 kali ini.  Tidak sekedar jalan santai, tapi ada aksi sosial dan pemakaian kostum-kostum daerah oleh para peserta.  Semua umat di setiap Wilayah Paroki menampilkan ikon peserta yang memakai pakaian tradisional dari berbagai daerah. Ada beberapa Wilayah yang menampilkan spanduk dengan berbagai pesan moral, seperti : “Pungut, Pilah Sampah Setiap hari”, “Cintailah Bumi Dengan Mengurangi Sampah Plastik”,  “Mendukung Pertobatan Ekologi”, “Kami Cinta NKRI”, dsb.

Tema yang diusung pada HUT Gereja Katolik St. Yusup Pati “Semakin Tergerak Untuk Berbagi Berkat” diterjemahkan menjadi beberapa pesan moral yang disampaikan kepada masyarakat melalui kreativitas umat dari berbagai komunitas Wilayah.  Pesan moral yang dimaksud adalah terkait : penyelamatan bumi dan lingkungan (berkat bagi semua mahluk hidup dan alam semesta), serta kecintaan pada keutuhan NKRI (berkat bagi Bangsa dan masyarakat).  Pada moment ini, para peserta juga membagikan berbagai benih tanaman, sayur-sayuran dan hasil bumi lainnya kepada masyarakat umum yang dijumpai pada rute jalan sehat.  Selain peduli dan mendukung keutuhan alam semesta, aksi ini juga sebagai bentuk berbagi berkat pada sesama.

Tentunya kemeriahan dan aksi para peserta jalan sehat dalam rangka HUT Gereja Katolik St. Yusup Pati diharapkan tidak putus sampai pada tema yang penuh makna.  Tetapi juga membawa dampak yang lebih luas, yakni kesadaran masyarakat (khususnya di Pati) akan pentingnya menyelamatkan bumi dan lingkungan, serta menjaga keutuhan NKRI. Pada sisi lain kesadaran umat Katolik (khususnya Paroki Pati) juga terus bertumbuh untuk selalu berbagi berkat bagi sesama...Amin, Berkah Dalem.*** (FX. Gus Setyono)

Minggu, 08 September 2019

Komitmen Merawat Bumi


Tema BKSN (Bulan Kitab Suci Nasional) untuk tahun 2019 ini adalah “Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Lingkungan Hidup”. Tentunya tema BKSN ini membawa pesan penting terkait kepedulian kita terhadap penyelamatan bumi dan segala isinya.

Sejarah kehancuran sekaligus penyelamatan bumi oleh Allah telah tertulis dalam  Alkitab, pada peristiwa Nabi Nuh.  Di situ tercatat kehancuran bumi bisa terjadi bila manusia tidak mampu memeliharanya dan malah merusaknya.  Namun Allah juga menyelamatkan orang-orang benar beserta mahluk hidup ciptaanNya. Nuh bersedia mendengarkan Tuhan dan melaksanakan firmanNya, sehingga menjadi saksi karya agung Tuhan dalam menyelamatkan bumi dan kehidupan (Buku panduan BKSN; Kej. 6:13-22; 7:11-17).

Dalam konteks masa sekarang, penyelamatan bumi juga mendesak untuk kita lakukan. Kita mesti menjadi Nuh-Nuh masa kini yang bersedia mendengarkan dan melaksanakan Firman untuk menyelamatkan kehidupan.  Karena itu, dalam sarasehan minggu ke-2 BKSN 2019 ini, umat di lingkungan Johanes don Bosco Paroki St. Jusuf Pati (dipandu moderator) membuat beberapa komitmen bersama. Bahkan dengan kesepakatan bersedia di beri “sanksi” bila melanggar.

Komitmen yang telah disepakati :
*Terkait sampah : tidak membuang sampah sembarangan, memilah sampah organik dan anorganik, memanfaatkan sampah, tidak membakar sampah.
*Terkait air : hemat air, menyediakan resapan, bijak dalam menggunakan deterjen.
*Terkait pakaian : memaksimalkan pakaian yang sudah dimiliki dan tidak boros dalam mengkonsumsi pakaian
*Khusus mengenai plastik : tidak akan menggunakan plastik yang sekali buang dalam setiap kegiatan, khususnya kegiatan sarasehan/pertemuan lingkungan.

Komitmen yang sederhana, namun sulit dalam pelaksanaan.  Maka untuk lebih memantapkan komitmen dan keseriusan, semua umat lingkungan bersedia menerima “sanksi” bila ketahuan melanggar komitmen, khususnya terkait penggunakan plastik. Sanksinya adalah : memimpin sarasehan atau doa pada pertemuan berikutnya, serta denda mengisi uang kas sebesar Rp.10.000,-.

Sanksinya juga tidak berat, namun semoga lebih menguatkan niat untuk melaksanakan perintah Tuhan; menjadi orang-orang benar seperti Nabi Nuh, guna menyelamatkan dan melestarikan bumi beserta segala isinya…amin.. Berkah Dalem.***(FX. Gus)

Senin, 19 Agustus 2019

Misa Syukur Kemerdekaan RI Gereja Katolik St. Yusuf Pati

Peringatan ke 74 tahun kemerdekaan RI dilaksanakan oleh semua komunitas dan kalangan, tak terkecuali Gereja Katolik Pati, yang melaksanakan misa syukur kemerdekaan.

Rasa syukur atas kemerdekaan bangsa Indonesia memang diungkapkan oleh semua warga, dari berbagai kalangan dan latar belakang.  Hal ini dimaklumi, karena kemerdekaan adalah hak kita.  Hak yang selama ini dirampas oleh penjajah.  Dan untuk merebutnya dibutuhkan perjuangan serta pengorbanan para pahlawan yang tidak sedikit jumlahnya.  Hingga akhirnya hak bangsa Indonesia ini bisa direbut kembali. Pantaslah kalau seluruh rakyat, semua komunitas mensyukuri dan merayakannya, termasuk umat di Gereja Katolik Pati.

Oleh karena itu, misa syukur kemerdekaan di Gereja Katolik Pati yang diselenggarakan pada 16 dan 17 Agustus 2019 didedikasikan untuk mensyukuri rahmat Tuhan atas Kemerdekaan RI, dan mengenang jasa para pahlawan kemerdekaan. Misa syukur kemerdekaan diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan penghormatan pada bendera merah-putih, dan ditutup dengan lagu Hari Merdeka.



Pada misa syukur kemerdekaan ini dibacakan juga Surat Gembala dari Uskup Agung Semarang.  Surat Gembala Uskup Agung Semarang ini menyampaikan kerinduan Gereja akan hadirnya Pemerintah yang bijak, yang menjamin ketertiban dalam masyarakat, serta pemerintah yang arif.  Pemimpin yang tidak bijaksana membinasakan rakyatnya, tetapi suatu bangsa akan sejahtera berkat kearifan para pemimpinnya. Jangan sampai perjalanan bangsa terganggu akibat kelaliman, kekerasan dan cinta uang para pembesarnya.

Selain itu Bapak Uskup juga mengajak semua umat untuk berdoa dan bekerja giat bersama para pemimpin negara kita guna mewujudkan cita-cita luhur dan mulia dibentuknya  pemerintah negara Indonesia sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dengan tujuan : " melindungi segenap bangsa Indonesia dan saeluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial".

Harapannya, semua komponen bangsa Indonesia yang berbeda suku, agama dan latar belakang budaya ikut bersyukur atas kemerdekaan bangsa ini, dengan kerja keras memperjuangkan cita-cita luhur bangsa Indonesia, dan saling menghargai serta menghormati.  Semoga harapan Gereja melalui Surat Gembala Uskup Agung Semarang juga bisa terwujud..amin***

Minggu, 14 Juli 2019

Mewujudnyatakankan Niat Baik



“Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Lukas 10:27).

Sarasehan Lingkungan umat Johanes Don Bosco Wilayah Johanes, Gereja St. Yusuf Paroki Pati kali ini, kembali membuahkan kebaikan.  Tidak sekedar pertemuan rutin tanpa makna, selalu ada upaya untuk melaksanakan perintah Tuhan yang utama, yakni mengasihi Tuhan dan sesama.  Tuhan telah bersabda, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” (Yohanes 14:15).

Maka, untuk mewujudkan secara nyata niat baik kali ini, dalam mengasihi Tuhan dan sesama (agar tidak berhenti hanya menjadi sekedar niat), sehabis sarasehan sebagian umat Lingk. Johanes don Bosco Gereja St. Yusuf Paroki Pati secara bersama-sama mengunjungi salah seorang warga Gereja St. Yusuf Paroki Pati yang sudah sepuh dan membutuhkan dukungan perhatian. 
Niat sederhana, perbuatan sederhana namun nyata, dan di mata Tuhan perbuatan tersebut adalah tanda kita mengasihi Dia dan sesama. “Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya. Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat” (1 Yohanes 5:2-3). Bukankah inti dari peziarahan kehidupan rohani kita adalah menjalankan perintah Tuhan?

Semoga buah-buah kebaikan selalu dipanen dari komunitas-komunitas terkecil Gereja seperti keluarga atau Paguyuban Lingkungan seperti ini. Agar niat melaksanaan perintah Tuhan selalu dituntaskan dengan gerakan nyata, aktivitas yang sederhana namun penuh makna, dalam mewujudkan kasih bagi Tuhan dan sesama.***(FX. Gus Setyono)



Minggu, 30 Juni 2019

"Kasihilah Sesamamu.."


Sebab, seluruh Hukum Taurat telah digenapi dalam satu firman ini, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri..” (Galatia  5 : 14)

Kali ini kunjungan umat Lingkungan Johanes Don Bosco dilaksanakan di rumah salah seorang warga lingkungan, di desa Gemiring.  Puji Tuhan, ternyata kunjungan-kunjungan seperti ini juga telah dilaksanakan oleh pribadi-pribadi, tidak selalu atas himbauan pengurus lingkungan atau komitmen bersama.

Perhatian kepada umat lain yang membutuhkan dukungan, perhatian, doa dan pendampingan seperti ini, tidak selalu dilaksanakan bersama-sama, sebagaimana kegiatan rutin Lingkungan Johanes Don Bosco selama ini. Beberapa umat Lingkungan atau keluarga-keluarga, dengan kesadaran sebagai murid Kristus, telah berinisiatif secara pribadi untuk mewujudkan perintah Yesus yang utama, yakni : saling mengasihi.

Sangat sederhana memang.  Menjadi berkat bagi sesama tidak selalu harus yang "wah" atau dengan dana besar. Bentuk perhatian tidak mesti memberi materi.  Tetapi kunjungan dan doa adalah wujud kasih yang tulus dan sangat berarti.  Bukan untuk show off atau pamer.  Semoga semakin banyak yang digerakkan untuk menjalankan perintah Tuhan yang utama ini...amin***

Selasa, 28 Mei 2019

Merawat Persaudaraan Dalam Keberagaman


Merajut kerukunan dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bisa dimulai dan dilakukan di berbagai komunitas masyarakat.  Salahsatunya adalah di lingkungan kerja.

Bangsa kita memang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, agama dan budaya yang berbeda.  Perbedaan ini sebenarnya adalah anugerah dari Tuhan.  Namun bisa menjadi mala petaka ketika semua merasa benar, egois dan mau menang sendiri.  Apalagi dalam suasana pasca pemilu yang sangat mudah disulut menjadi api perpecahan.

Untuk menyatukan berbagai perbedaan itu, setiap kelompok, komunitas yang ada di bumi Indonesia ini perlu untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya bersatu, rukun, menjalin persaudaraan dan kebersamaan, meskipun berbeda agama, suku dan budayanya.  Penanaman kesadaran ini perlu diimplementasikan dengan gerakan-gerakan atau kegiatan yang nyata, hingga perbedaan tidak lagi dirasakan sebagai ancaman, namun sebagai keindahan dan kekuatan dalam berbangsa yang patut disyukuri.

Sebuah perusahaan swasta di Semarang menyadari pentingnya gerakan ini.  Karena itu, pada tanggal 28 Mei 2019 yang lalu diadakan acara buka puasa bersama (bukber) yang dipadukan dengan kegiatan yang bermuara pada menjalin persatuan dan kesatuan di antara umat beragama yang berbeda.  Para karyawan dan Direksi perusahaan yang berbeda-beda agamanya disatukan dalam acara bukber ini.  Selain itu perusahaan juga mengundang anak-anak yatim piatu dari 4 Panti Asuhan (yayasan) muslim dan Nasrani.  Maka hadirlah anak-anak yg berlatar belakang suku, agama dan budaya yang berbeda.  Mereka semua berbaur dengan para karyawan yang juga beragam keyakinannya, dengan suasana yang sangat sejuk, harmonis dan damai, saling menghargai dan menghormati.  Pada moment seperti inilah kasih sesungguhnya telah diwujudnyatakan.

Pada kesempatan ini, diundang juga Romo Didik Cahyono, SJ (Romo Ketua paroki gereja Bongsari dan ketua Kerukunan Antar Umat Beragama Keuskupan Agung Semarang) serta K.H. Muhammad Ali Shodiqin (pimpinan Pondok Pesantren Roudotun Ni’mah Semarang) untuk memberikan kultum secara bergantian.

Romo Didik menggarisbawahi 2 hal terkait kegiatan ini :
1.      1. Dengan mengundang anak-anak (apalagi yatim piatu) berarti kita semua semakin dekat dengan Tuhan, karena Tuhan juga cinta dengan anak-anak.
2.      2.  Dengan kehadiran anak-anak dan para karyawan yang berlatar belakang keyakinan berbeda, berarti kita semua sudah ambil bagian untuk menjaga dan merawat rasa persatuan dan kekeluargaan antar sesama umat manusia meskipun saling berbeda.
Sedangkan KH. Ali Shodiqin secara tegas juga menyampaikan bahwa persatuan, kesatuan dan kekeluargaan seperti ini harus terus diupayakan dan dijaga.  Apalagi dengan situasi pasca Pemilu yang sempat membuat masyarakat terpecah.  “Kita boleh berbeda, tetapi tidak boleh membeda-bedakan” lanjut beliau.  Apapun keyakinannya, kita semua wajib untuk saling menghormati dan menghargai karena Allah juga menghendaki demikian.
Kedua pemuka agama ini berharap agar kegiatan seperti ini bisa terus diadakan.

Acara yang berlangsung khidmat penuh persaudaraan ini dilengkapi dengan pemberian santunan dari
perusahaan dan karyawan kepada para anak yatim piatu. Juga diramaikan dengan permainan yang bertemakan nasionalisme untuk anak-anak panti asuhan, dan ditutup dengan buka puasa bersama.

Semoga pohon cinta kasih yg berbuah : perdamaian, kerukunan, persaudaraan, saling menolong, saling memberi perhatian, seperti ini bisa ditanam oleh semua umat manusia...amin*** (FX. Gus S.)




Rabu, 15 Mei 2019

Sarasehan Lingkungan Mei 2019

Sarasehan umat di lingkungan Johanes Don Bosco, gereja Katolik Pati pada hari Minggu 12 Mei 2019, dilaksanakan di rumah Ketua Lingkungan dan berjalan sesuai yang diharapkan.

Sarasehan Lingkungan ini sebenarnya sudah diadakan secara rutin setiap hari Minggu ke-2, tiap bulannya.  Sarasehan yang lebih dititikberatkan pada "temu kangen", silaturahmi dan saling ber-sharing mengenai iman atau apapun yang berkaitan dengan kehidupan menggereja maupun bermasyarakat umat di lingkungan Johanes Don Bosco, gereja Katolik Pati ini, selalu diisi dengan berbagai kegiatan sesuai kondisi atau tema.

Pada sarasehan bulan Mei 2019 tersebut kegiatan yang dilaksanakan Lingkungan Johanes Don Bosco gereja Katolik Pati adalah Doa Rosario dan sharing mengenai penghormatan pada Liturgi Ekaristi.  Dalam sharing (sebelum Doa Rosario) disampaikan oleh pemandu mengenai "bagaimana seharusnya umat Katolik, kita semua mensakralkan rangkaian proses dalam Misa/Ekaristi".  Karena -- baik disadari maupun tidak -- banyak umat yang berperilaku kurang pas, atau kurang selayaknya pada saat mengikuti Misa Kudus.  Bahkan kalau mau jujur mungkin hampir semua umat tidak akan layak mengikuti Perayaan Ekaristi dan menerima komuni kudus.  Karena sikap atau perilaku yang tidak disadari, seperti : membuka HP, tidak konsentrasi pada altar, doa-doa, Sabda Tuhan, dll.

Penyadaran umat -- khususnya di gereja Katolik Pati -- akan pentingnya dan sakralnya Liturgi Ekaristi tersebut mestinya dilakukan secara terus menerus dan dengan cara yang baik. Seperti pada sarasehan-sarasehan, sharing atau kegiatan lainnya.  Sehingga semakin banyak umat yang kemudian mengetahui dan kemudian mengubah perilakunya dengan kesadaran.  Sebab, bisa jadi sebenarnya banyak umat yang tidak tahu atau tidak menyadari bahwa beberapa perilaku mereka sebenarnya adalah cermin ketidakhormatan pada perayaan Ekaristi.

Dengan penyadaran secara terus-menerus diharapkan semakin banyak umat di gereja Katolik Pati pada khususnya dan umat Katolik pada umumnya, yang akan mengikuti Ekaristi secara khidmat dengan hati yang pantas di hadapan Tuhan.***

Senin, 06 Mei 2019

Renungan : Menangkap Kehadiran Tuhan Dalam Kejenuhan

Oleh : Romo Aloysius Kriswinarto, MSF

Setelah Yesus wafat, kehidupan para murid kembali seperti biasa.  Mereka melakukan aktivitas rutin seperti saat belum mengenal Yesus.  Melakukan pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan profesi mereka, terutama adalah menjadi nelayan. 

Dulu pada saat Yesus masih ada, para rasul sungguh bergairah dalam mewartakan kabar sukacita.  Mereka dipenuhi rasa bangga karena bersama Yesus yang sungguh terkenal dan dihormati banyak orang.  Terutama saat memasuki Kota Yerusalem, mereka dieluk-elukkan bagai menyambut seorang Raja.  Kehadiran Yesus menjadi sumber semangat bagi para rasul.

Setelah Yesus wafat, semua berubah. Hari-hari mereka tidak ada yang istimewa.  Semua aktivitas menjadi rutinitas dan menjemukan, karena tidak ada lagi Yesus di kehidupan sehari-hari. Mereka tidak menyadari bahwa saat itu sebenarnya Yesus masih hadir menyertai.  Bahkan Simon Petrus, Thomas, dan anak-anak Zebedeus awalnya tidak tahu bahwa yang berdiri dipinggir pantai dan menyapa adalah Yesus.  Mereka tidak mampu menangkap kehadiran Tuhan yang selalu mendampingi.

Maka saat beberapa rasul itu mulai putus asa karena tidak mendapat ikan tangkapan, Yesus mulai menyapa dan mengajak berbicara.  Yesus bertanya dan meminta para murid untuk menebarkan jala di sebelah kanan perahu, sehingga mereka mendapatkan banyak ikan.  Kemudian Yesus mengajak mereka untuk makan bersama (lihat Yoh.21:1-14).  Ketika menyadari Yesus masih hadir menyertai, mereka kembali bersemangat dan berani dalam mewartakan kabar suka cita.

Bagaimana dengan kita? Mampukah kita menangkap kehadiran Tuhan di tengah aktivitas rutin yang mungkin menjemukan? Tuhan menginginkan kita bergairah, bersemangat dalam menjalankan peziarahan kehidupan ini.  Juga ketika mewartakan kabar sukacita.  Bagaimana caranya?  Kalau Yesus telah meminta muridNya menebarkan jala disebelah kanan perahu, maka Tuhan meminta kita untuk menebarkan jala cinta kasih kepada siapapun sesama kita.

Maka saat kehidupan mulai menjadi rutinitas yg menjemukan, tebarkanlah jala cinta kasih.  Dengan menebarkan jala kasih, kita akan mampu menangkap kehadiran Tuhan.  Karena Tuhan selalu hadir pada sesama yg membutuhkan bantuan.  Pada orang-orang miskin, gelandangan dan difabel yang hidupnya selalu tersingkir.

Marilah kita mewujudnyatakan niat menebarkan jala cinta kasih kepada semua orang, agar kita mampu menangkap kehadiran Tuhan. Dengan demikian hidup kita menjadi bergairah, bersemangat, berwarna, tidak lagi monoton dan tanpa arti.***    
(disarikan dari kotbah Romo Alyosius Kris Winarta pada misa Sabtu 04 Mei 2019 di Gereja Katolik St. Yusuf Pati)

Senin, 29 April 2019

Pengurus Wilayah Johanes 2019-2022

 
Di atas adalah susunan Pengurus Wilayah Johanes masa bakti 2019 s.d. 2022.  Pengurus tersebut rencana akan disahkan oleh Romo Paroki (Josef Tjoek Prasetya, MSF) dan Dewan Paroki Gereja Katolik Pati pada hari Senin 29 April 2019, bersamaan dengan Misa & Sarasehan Lingkungan Johanes Don Bosco. 
Selamat menjalankan tugas pelayanan untuk para pengurus Wilayah Johanes.  Semoga menjadi berkat bagi semua...amin!***

Minggu, 21 April 2019

Perayaan Malam Paskah 2019 Paroki Pati


Perayaan Malam Paskah 2019 (Sabtu, 20 April 2019) umat di Gereja Katolik St. Yusuf Pati dilaksanakan dua kali, yakni pada pukul 17.00 WIB dan 21.00 WIB.  Perayaan ini berlangsung sederhana, tetapi tetap khidmad, aman, dan meriah.  Banyak umat Gereja Katolik St. Yusuf Pati yang terlibat dalam Perayaan ini.

Perayaan Paskah 2019 ini dalam suasana penuh keagungan, kedamaian dan sangat merasuk ke hati dan jiwa umat krn terbawa suasana pengorbanan Yesus serta kebangkitanNya. Pada perayaan ke-2 (pkl 21:00 wib) Romo  Aloysius Kris Winarto (Romo Paroki Gereja Katolik St. Yusuf Pati) dalam homilinya menjelaskan bahwa teori orang2 yg tdk percaya pd kebangkitan Yesus, bisa dipatahkan. Sebagian orang yang tidak percaya dengan Kebangkitan Tuhan meyakini, bahwa hilangnya tubuh (jenazah) Yesus adalah karena dicuri orang.  Keyakinan mereka yang tidak percaya ini bisa dipatahkan dengan beberapa asumsi sbb :
1.     *Bahwa batu penutup makam Yesus sangat berat, dan tidak bisa digeser oleh 1-2 orang.
2.    *  Makam Yesus saat itu dijaga ketat oleh tentara Romawi yang hampir tidak mungkin untuk ditembus penjagaannya.
3.     *Pada zaman itu berlaku hukum, bahwa mereka yang ketahuan mencuri jenazah akan dihukum mati oleh penguasa saat itu, sehingga tidak mungkin ada yang berani mencuri jenazah Yesus.

Karena itu ketidakpercayaan akan misteri Kebangkitan Yesus akan sia-sia belaka, terlebih karena iman kita sdh meyakininya sbg kebenaran.   Kebangkitan Kristus adalah kemenangan kita semua.  Karena itu Romo Kris mengajak seluruh umat di Gereja Katolik St. Yusuf Pati ini untuk bersedia menjawab kemenangan itu dengan kesediaan untuk “terlibat lebih aktif dalam berbagi berkat” bagi sesama.

Keterlibatan Lingkungan Don Bosco

Pada Perayaan Paskah 2019 yang ke-2 kali ini, umat di Lingkungan Johanes Don Bosco Gereja Katolik St. Yusuf Pati ikut terlibat menjadi petugas TATIB dan Kolektan.  Meskipun jumlah umat di lingkungan ini tidak terlalu banyak, tetapi mereka tetap kompak, bersedia ikut berperan menjadi petugas Misa.

Banyaknya jumlah umat yang sudah sepuh (diaspora) menjadi salah satu penyebab terbatasnya jumlah umat yang bisa terlibat aktif menjadi petugas misa.  Tetapi keterbatasan itu tidak menjadi halangan bagi umat Lingkungan Johanes Don Bosco, untuk tetap bersedia melayani Tuhan dalam tugas-tugas yang diberikan pengurus Paroki Gereja Katolik St. Yusuf Pati.

Semoga keterlibatan dalam pelayanan Tuhan (meskipun yg dilakukan sangat sederhana) menjadi berkat bagi semua, dan perayaan-perayaan misa suci di Gereja Katolik St. Yusuf Pati bisa tetap berjalan lancar, khidmad dan aman.*** (FX. Gus S.)

Peringatan Jumat Agung Gereja Santo Yusuf Pati


Peringatan Hari Wafatnya Yesus Kristus 2019 umat gereja Katolik Paroki Pati dilaksanakan pada 19 April 2019 di Gereja Santo Yusuf Pati.  Ratusan umat di Gereja Santo Yusuf Pati mengikuti perayaan ini, termasuk umat di Lingkungan Johanes Don Bosco, Wilayah Johanes.

Upacara yang dikenal juga dengan Hari Jumat Agung ini berlangsung dengan khidmat, dan berjalan lancar.  Peringatan ini dilaksanakan 2 kali, yakni pukul 14.00 WIB dan pukul 17.00 WIB  Beberapa aparat keamanan ikut mengamankan kegiatan di Gereja Santo Yusuf Pati ini, sehingga semua berjalan dengan aman dan khusyuk.  Banyak umat Gereja Santo Yusuf Pati terlibat dalam misa Jumat Agung ini, tak terkecuali beberapa umat di Lingkungan Johanes Don Bosco.  Ada yang membantu menjual buku Panduan Misa Paskah 2019, ada juga yang terlibat menjadi Putera Altar (misdinar).  Sederhana memang, tetapi sangat berarti bagi kelancaran jalannya upacara Jumat Agung, dan bagi seluruh umat di Gereja Santo Yusuf Pati.

Misa Jumat Agung pertama yang berjalan penuh kedamaian ini dipimpin oleh Romo Paroki Gereja Santo Yusuf Pati, yaitu Romo Josef Tjoek Prasetya, MSF. Dalam homilinya, Romo Tjoek mengingatkan umat Gereja Santo Yusuf Pati, bahwa darah Yesus yang ditumpahkan di kayu salib telah menyelamatkan semua umat manusia.  Karena itu kita harus selalu mensyukurinya dengan selalu bersedia berbagi berkat kepada sesama.

Sebagai manusia yang penuh kelemahan, kita bisa memakai moment Wafat Tuhan Yesus di kayu salib ini untuk melakukan introspeksi diri.  Sudahkah kita ambil bagian ikut memanggul salib Tuhan dengan pertobatan, mengubah diri menjadi lebih baik? Kemudian bersediakah kita ikut terlibat secara aktif menyemaikan ajaran cinta kasih Tuhan, dan menjadi berkat bagi sesama?*** (FX. Gus S.)

Penghitungan Kotak APP 2019 Lingkungan Johanes Don Bosco

Lebih dari sebulan melaksanakan puasa dan pantang, salah satu bentuk aksi puasa pembangunan (APP) bagi umat Katolik adalah mengisi kotak APP.  Tak terkecuali umat di Lingkungan Johanes Don Bosco, Wilayah Johanes, gereja Katolik Pati.

Maka setelah dikumpulkan pada hari Jumat Agung, kotak APP dihitung dan segera diserahkan di Paroki.  Mekanismenya, setelah dihitung, seluruh dana APP tersebut dicatat jumlahnya, dan diserahkan per Lingkungan.  Penggunaan dana APP untuk kegiatan yang bersifat sosial diserahkan kepada Paroki. Sebagian diserahkan ke Keuskupan oleh Paroki.

Terkait  dana APP 2019 ini, Lingkungan Johanes Don Bosco gereja Katolik Pati mengumpulkan seluruh kotak APP umat dan menghitungnya pada hari Jumat19 April 2019, setelah upacara Jalan Salib.  Penghitungan dihadiri beberapa wakil umat Lingkungan Johanes Don Bosco gereja Katolik Pati.


Hasil yang didapat dari kotak APP 2019 kali ini, untuk Lingkungan Johanes Don Bosco gereja Katolik Pati adalah sebesar Rp.3.573.600,- (tiga juta lima ratus tujuh puluh tiga ribu enam ratus rupiah).  Total jumlah dana tersebut langsung diserahkan ke Paroki oleh ketua Lingkungan.

Tidak banyak memang, dana yang terkumpul dari Lingkungan Johanes Don Bosco gereja Katolik Pati atas APP ini, apalagi jika dibandingkan dengan Lingkungan-lingkungan lain yang kondisi ekonomi umatnya lebih berada.  Tetapi jika itu dikumpulkan dan disumbangkan oleh umat dengan ketulusan dan menjadi bagian dari niat untuk bermati raga serta berbagi berkat kepada sesama, maka pasti Tuhan menyambutnya dengan sukacita.

Semoga niat baik untuk "semakin tergerak untuk berbagi berkat" pada APP 2019 ini, terus bertumbuh subur dan menjadi gaya hidup seluruh Umat Katolik di dunia ini, khususnya di Lingkungan Johanes Don Bosco gereja Katolik Pati.***

Senin, 15 April 2019

Teladan Santo Johanes Don Bosco


Sebagai Santo pelindung, apakah yang bisa diteladani dari Johanes Don Bosco?  Salah satunya adalah pengalaman pelayanannya yang perlu untuk diikuti dan dijadikan semangat bagi umat di gereja Katolik Pati ini.

Siapakah Johanes Don Bosco, sehingga dia pantas menjadi Santo pelindung lingkungan, pelindung pribadi-pribadi?

Johanes Don Bosco lahir 16 Agustus 1815 dan wafat pada 31 Januari 1888.  Pastur dan pendidik yang akrab dipanggil Don Bosco ini mendirikan kongregasi yg bernama Serikat Salesian, untuk melayani kaum muda yang miskin, terlantar dan rata-rata adalah kaum gelandangan. Kini kongregasi ini tersebar di seluruh dunia dan mengelola berbagai lembaga pendidikan.

Sejak ditahbiskan menjadi imam pada usia 26 tahun, Johanes Don Bosco berkarya di bidang pendidikan kaum muda terlantar di kotanya. Dia memberikan perhatian khusus dan pendampingan bagi anak-anak tidak mampu, kelaparan, berpakaian kumal dan tidak bersemangat.  Anak-anak tersebut dibimbing dengan disiplin, tegas tanpa kekerasan, oleh Johanes Don Bosco.  Oleh karenanya, dia dijuluki sebagai ‘Bapa, Guru dan Sahabat kaum muda’.Salah satu pengikutnya yang terkenal adalah St. Dominic Savio yg meninggal pada usia 14 th dan merupakan orang kudus non martir termuda ketika meninggal (id.m.wikipedia.org).

Jadi pantaslah bila gereja Katolik mengangkatnya sebagai Santo.  Banyak yg kemudian menjadikannya sebagai Santo pelindung, termasuk salah satu lingkungan di gereja Katolik Pati ini, yakni Lingkungan Johanes Don Bosco.  Keteladanan dalam melayani, bahkan kepada orang-orang miskin dan tersingkir inilah yang perlu dijadikan spirit.  Dalam kehidupan komunitas sekecil lingkungan atau keluarga sekalipun – yg merupakan sel dari gereja Katolik Pati – semangat pelayanan perlu dijadikan dasar dalam aktivitas atau gerakan apapun. Semangat melayani bagi warga/anggota lingkungan, maupun bagi sesama lain meskipun tidak se-golongan atau se-iman, perlu terus diwujudnyatakan. Terutama bagi mereka yang membutuhkan perhatian dan pertolongan dari Tuhan.  Dengan demikian, kita semua bisa semakin tergerak, semakin aktif, dalam gerakan "menjadi berkat bagi sesama"***

Minggu, 07 April 2019

Aksi Nyata APP 2019 Lingkungan Johanes Don Bosco

Pertemuan-pertemuan atau renungan Aksi Puasa Pembangunan (APP) selalu menyisakan "niat baik".  Pertanyaannya, apakah niat itu bisa diwujudnyatakan secara konsisten, ataukah kemudian membeku hanya menjadi sekedar niat?  Umat di Lingkungan Johanes Don Bosco Paroki St Yusuf Pati ingin mewujudnyatakan niat tersebut.

Pada pertemuan ke-4 dan ke-5 sarasehan APP 2019, umat di Lingkungan Johanes Don Bosco Paroki St Yusuf Pati memutuskan untuk melakukan aksi nyata APP 2019 yg bertema "semakin tergerak untuk berbagi berkat".

Kalau pada pertemuan ke-4 (Minggu 31 Maret 2019) disepakati, bentuk aksi nyata APP 2019 adalah mengunjungi 3 (tiga) keluarga yang kebetulan sedang membutuhkan perhatian dan semangat (karena sakit dan karena masuk kategori kelompok diaspora), maka pada pertemuan ke-5 (Minggu 07 April 2019) dalam diskusi diputuskan bersama untuk membuat daftar 6 (enam) orang warga lingkungan Johanes Don Bosco Paroki St Yusuf Pati dan 1 (satu) warga non lingkungan untuk diusulkan dalam aksi sosial (dan APP) Paroki St Yusuf Pati. Dengan harapan semoga disetujui oleh tim PSE Paroki St Yusuf Pati dan ditindaklanjuti.

Keputusan atau kesepakatan aksi nyata APP 2019 ini memang tidak lepas dari peta kondisi umat atau keluarga-keluarga di lingkungan Johanes Don Bosco Paroki St Yusuf Pati, dimana cukup banyak diantara mereka yang masuk dalam kategori diaspora dan beberapa diantaranya adalah keluarga yang patut untuk mendapatkan perhatian "lebih". Sehingga aksi nyata untuk "menjadi berkat bagi sesama" lebih diarahkan untuk menjawab kondisi ini.

Diskusi atau sarasehan APP untuk menentukan aksi nyata APP 2019 kali ini memang bukan tanpa kendala.  Salah satu diantaranya adalah karena kriteria keluarga pra sejahtera yang ditetapkan masih menggunakan kriteria tahun 2014.  Sehingga beberapa anggota sempat berdebat, sebenarnya kriteria tersebut sudah kurang relevan untuk diterapkan di tahun 2019 ini.  Namun dengan kesabaran, semangat dan saling pengertian di antara umat peserta diskusi, maka dicapailah kesepakatan yang paling sesuai untuk ditindaklanjuti menjadi aksi nyata APP 2019.

Semoga semangat berbagi berkat bagi sesama (dalam bentuk : perhatian/kunjungan, kasih, materi) bisa semakin diperdalam dan dikembangkan di lingkungan Johanes Don Bosco Paroki St Yusuf Pati, serta umat Katolik pada umumnya.  Sehingga aksi nyata berbagi kasih ini menjadi virus untuk ditularkan kepada semua umat manusia.  Dan "kasih" tidak lagi menjadi tindakan eksklusif, hanya menjadi jargon dan kebutuhan politik.  Tetapi "kasih" bisa menjadi tindakan yang membumi dan diwujudnyatakan...amin!*** (FX. Gus S)